BREAKING NEWS

Latest in Tech

Sunday, 16 August 2015

Menjelajahi Bukittinggi: Destinasi Sejarah dan Budaya


Bukittinggi dikenal sebagai kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat. Bahkan, pada masa perjuangan Indonesia kota ini pernah menjadi ibu kota negara Republik Indonesia. Karena itu, jejak-jejak masa perjuangan melawan penjajah, baik Belanda maupun Jepang, terasa kental di kota yang berada di antara Gunung Singgalang dan Gunung Marapi ini.

Dahulu, pada masa Belanda menduduki wilayah ini, Bukittinggi disebut Fort de Kock. Berasal dari nama seorang Wakil Gubernur Jendral Hindia Belanda ketika itu, yaitu Hendrik Merkus de Kock. Di puncak Kota Bukittinggi memang dibangun sebuah benteng dengan nama Fort de Kock.

Selain itu, Bukittinggi adalah kota kelahiran para tokoh perjuangan bangsa dan pendiri negara Indonesia, seperti Muhammad Hatta. Tahu tidak, hari ini atau 12 Agustus merupakah hari kelahiran Bung Hatta.

Jadi, kalau kamu-kamu berkesempatan untuk mengunjungi Bukittinggi, salah satu hal yang dapat kamu lakukan adalah menjelajahi destinasi budaya dan sejarah yang ada di sana.

Berikut 3 destinasi yang bisa kamu datangi.

1. Rumah Kelahiran Bung Hatta


Rumah yang kini berfungsi sebagai museum ini berada di Jalan Soekarno Hatta No.37. Campago Ipuh, Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi. Dilihat dari luar, rumah ini terlihat sederhana. Tapi, begitu menginjak ke dalam, ternyata cukup luas hingga belakang dan suasananya sangat menenangkan.

Di rumah ini masih terdapat banyak koleksi pribadi keluarga Bung Hatta, seperti perabotan ruang tamu dan kamar. Rumah yang terdiri dari 2 lantai ini memiliki beberapa kamar, yang unik adalah adanya kamar untukmamak atau paman dalam bahasa Minangkabau. Mamak memang memegang peranan penting dalam tradisi Minang, yaitu sebagai wali yang mendidik keponakan bagai anak kandung.


Bung Hatta dilahirkan di kamar lantai 2 di rumah ini, sementara kamarnya berada di bagian belakang rumah yang terpisah dengan bagian utama rumah. Sesuai tradisi, anak laki-laki Minang memang diharapkan tidur di surau sehingga kamar Bung Hatta tak sering ditempati. Di kamarnya yang sederhana, terdapat juga sepeda ontel yang dulu pernah dikendarainya.

2. Jam Gadang


Jam Gadang dalam bahasa Minangkabau berarti jam besar. Menara jam ini berada di pusat Bukittinggi, tepatnya pada titik nol Kota Bukittinggi. Pembuatan Jam Gadang kaya akan sejarah. Konon biaya pembuatannya mencapai 3.000 gulden, cukup besar pada eranya.

Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 dan merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Kota Bukittinggi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sementara itu, arsitekturnya dirancang oleh Yazid Rajo Mangkuto.

Jam Gadang kini menjadi objek wisata banyak orang, bahkan menjadi simbol Kota Bukittinggi. Dari taman di sekitar menara ini, banyak tersedia tempat duduk dan memiliki panorama yang sangat indah.

3. Benteng Fort de Kock


Benteng Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berada tak jauh dari Jam Gadang, tepatnya sekitar 1 km dari Jalan Tuanku nan Renceh. Benteng ini diberi nama sesuai Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda ketika itu, yaitu Hendrik Merkus de Kock.

Benteng ini dahulu berfunsi sebagai kubu pertahanan dari serangan rakyat Minangkabau, terutama semenjak terjadinya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Ke Bukittinggi kurang lengkap rasanya tanpa singgah di Benteng Fort de Kock.

4. Lubang Jepang


Lubang Jepang berada tak jauh dari Jam Gadang, sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Kalian juga mampir ke sini setelah mengunjungi Ngarai Sianok yang termahsyur.

Lubang Jepang merupakan terowongan pertahanan yang dibangun oleh Jepang sekitar tahun 1942, untuk menahan serangan. Di terowongan ini juga dibuat ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang senjata. Ada banyak lorong di terowongan ini, bahkan salah satunya tembus menghadap ke Ngarai Sianok.

Awal ditemukan, sekitar tahun 1950, pintu Lubang Jepang hanya selebar 20 cm. Tapi kini, semenjak dikelolah menjadi objek wisata, terowongan telah diperlebar. Bahkan, dinding lubang sudah dilapisi semen untuk mencegah tanah yang terus berguguran. Di beberapa ruang, bahkan terlihat akan dijadikan galeri museum. Lampu juga sudah menerangi di berbagai sudut terowongan.


Kalau kamu berkunjung ke Lubang Jepang, jangan lupa menyewa pemandu untuk mengetahui lebih rinci mengenai sejarahnya.

Share this:

 
Copyright © 2017 Seribu Nusa. Designed by OddThemes | Distributed By Blogger Templates20